from http://www.detik.com

Nurul Qomariyah – detikFinance
Jakarta – Ditjen Pajak telah menetapkan tarif fiskal bagi yang tak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebesar Rp 2,5 juta untuk setiap orang yang bepergian ke luar negeri dengan menggunakan pesawat udara. Sementara via angkutan laut bagi yang tak memiliki NPWP akan dikenai fiskal Rp 1 juta.

Pembayaran Fiskal Luar Negeri (FLN) itu merupakan pembayaran angsuran Pajak Penghasilan (PPH) yang dapat dikreditkan terhadap PPH yang terutang pada akhir tahun oleh Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang bersangkutan setelah memiliki NPWP.

Pengenaan fiskal itu berarti naik 150% dibandingkan fiskal via angkutan udara yang saat ini sebesar Rp 1 juta. Sementara untuk via angkutan laut, fiskal berarti naik 100% dari saat ini sebesar Rp 500 ribu. Namun jumlah ini lebih rendah dari usulan semula sebesar Rp 3 juta untuk angkutan via udara.

Menurut siaran pers dari Ditjen Pajak, Selasa (23/12/2008), ketentuan ini berlaku mulai 1 Januari 2008 untuk WP OP yang berusia 21 tahun. Keputusan ini akan berlaku hingga 31 Desember 2010.

Pengecualian kewajiban membayar FLN bagi WP OP yang bepergian ke luar negeri dilakukan secara otomatif untuk WP OP tertentu dengna cara menerbitkan Surat Keterangan Bebas Fiskal Luar Negeri (SKBFLN).

Pihak-pihak yang secara otomatif bebas fiskal adalah:

1. WP OP yang berusia kurang dari 21 tahun
2. Orang asing yang berada di Indonesia kurang dari 183 hari dalam 12 bulan
3. Pejabat Perwajilan Diplomatik
4. Pejabat Perwajilan Organisasi Internasional
5. WNI yang memiliki dokumen resmi penduduk negara lain
6. Jamaah Haji
7. Pelintas batas jalan darat
8. Tenaga Kerja Indonesia dengan Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri (KTKLN).

Yang bebas SKBFLN adalah:

1. Mahasiswa asing dengan rekomendasi perguruan tinggi.
2. Orang asing yang melakukan penelitian
3. Tenaga kerja asing di pulau Batam, Bintan dan Karimun
4. Penyandang cacat atau orang sakit yang akan berobat ke luar negeri atas biaya organisasi sosial termasuk seorang pendamping
5. Anggota misi kesenian, kebudayaan, olah raga dan keagamaan
6. Program pertukaran mahasiswa dan pelajar
7. Tenaga Kerja Indonesia selain KTKLN.

Bagi WP OP yang bebas fiskal karena memiliki NPWP, maka:
1. Menyerahkan fotokopi kartu NPWP atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT) atau Surat Keterangan Terdaftar Sementara (SKTS), fotokopi paspor dan boarding pass ke petugas Unit Pelaksana Fiskal Luar Negeri (UPFLN).

Jika kartu NPWP atas nama Kepala Keluarga, maka anggota keluarga yang akan berangkat ke luar negeri harus melampirkan fotokopi kartu keluarga.

2. Petugas UPFLN menerima dan meneliti fotokopi kartu NPWP/SKT/SKTS, fotokopi paspor dan boarding pass serta fotokopi kartu keluarga, kemudian menginput NPWP pada aplikasi yang tersedia.

3. Apabila NPWP dinyatakan valid, maka petugas UPFLN menempelkan stiker bebas fiskal pada bagian belakang boarding pass yang ditujukan untuk penumpang.

4. Penumpang menyerahkan boarding pass yang telah ditempel stiker Bebas Fiskal kepada petugas konter pengecekan FLN untuk diteliti.

5. Penumpang tujuan luar negeri tetap wajib membayar FLN jika:

  • Tidak menyerahkan fotokopi kartu NPWP/SKT/SKTS
  • Menyerahkan fotokopi NPWP/SKT/SKTS namun check digit menyatakan tidak valid
  • Menyerahkan fotokopi kartu NPWP/SKT/SKTS yang dimiliki oleh Kepala Keluarga namun tidak melampirkan kartu keluarga atau melampirkan kartu keluarga tetapi nama penumpang tidak tercantum dalam susunan kartu keluarga itu.
Oleh: supriyanto | Januari 2, 2009

Teruntuk Saudaraku di Palestina

Hari ini seperti biasa, seluruh umat Islam di Vienna sebagian menunaikan ibadah Shalat Jumat di VIC. Khotbah minggu ini cukup spesial karena memang sebuah akhir dan awal tahun tragis yang menimpa Saudara kita di Palestina. Hari demi hari ratusan orang syuhada gugur membela sebuah tanah air yang mereka cintai. Pejuang, tua-muda, wanita dan anak-ank gugur dalam pertempuran yang tidak seimbang. Hanya keteguhan untuk memperjuangkan hak di tanah air yang ingin dirampas yang mereka punya. Dengan gigih berani mereka mempertahankan tanah air dan tumpah darah yang mereka cintai sampai titik darah penghabisan.

Seluruh jamaah shalat jumat hari ini terketuk hatinya untuk menyisihkan materi yang mereka punyai, sebagian untuk saudara mereka di Palestina. Semoga bantuan yang terkumpul dapat meringankan penderitaan saudaraku di Palestina untuk melanjutkan hidup di musim dingin yang menusuk tulang dan berobat bagi yang cidera. Saudaraku teriring doa semoga perjuangan akan membawa sebuah kemenangan.

Oleh: supriyanto | Desember 30, 2008

Selamat tahun baru 2009

Selamat menanti tahun baru masehi 2009 kepada masayarakat Indonesia yang merayakannya. Semoga ditahun baru yang akan datang lebih sukses.

wassalam,

Supriyanto Ardjo Pawiro & keluarga

Oleh: supriyanto | Desember 28, 2008

Selamat Tahun Baru Islam, 1 Muharam 1430 H

Bagi Saudaraku muslim di seluruh penjuru Tanah Air Indonesia dan Austria. Saya mengucapkan Selamat tahun baru 1 Muharam 1430 H.

Semoga di tahun baru ini, kita mendapatkan tambahan rahmat dan hidayah Allah SWT.

Supriyanto A. Pawiro & keluarga.

Oleh: supriyanto | Desember 20, 2008

Invers Planning Brachytherapy

Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) dengan invers planing-nya telah membuat sebuah terobosan baru untuk terapi kanker dengan radiasi. Sebuah teknik dengan menggambar kontur distribusi radiasi mengubah sebuah teknik terapi radiasi konvensional dan 3D CRT.
Invers planning brachytherapy adalah sebuah upaya untuk membuat pada terapi internal ini semakin akurat distribusi radiasi pada organ target dan menyelamatkan organ beresiko di sekelilingnya. Algoritma HIPO adalah salah satu yang digunakan untuk menyelesaikan tugas ini. Hal inilah yang disampaikan oleh salah satu kandidat doktor fisika medis, Medical University of Vienna, pada seminar hari kamis yang lalu.

Oleh: supriyanto | Desember 8, 2008

Idul Adha di KBRI Vienna

Gema takbir berkumandang di sekitar kompleks KBRI Austria dan Slovenia di Vienna. Shalat Ied dimulai pukul 8.00 dan dilanjutkan khutbah. Shalat Ied pada tahun ini menguntungkan bagi msayarkat muslim di Austria khususnya warga Indonesia, dikarena juga berbarengan dengan libur nasional Austria sehingga dapat menunaikan ibadah dengan khusuk dan tidak bergegas pergi ke tempat kerja masing-masing. Namun beberapa staf yang berkerja di lingkungan kantor PBB tidak libur sehingga mereka langsung menuju kantor untuk menunaikan tugasnya masing-masing.

Semoga dengan hari raya Idul Adha pada tahun ini dapt mendorong keimanan kita bagi yang muslim, sukses berkarya, dan ingat untuk berbagi rezeki terhadap yang berhak.

Allahu Akbar 3x, La illahaillalahu Allahhu Akbar, Allahu Akbar Walillah Ilham.

Selamat Hari Raya Idul Adha 1429 H bagi warga muslim Indonesia di Austria.

Oleh: supriyanto | Desember 7, 2008

Di balik kepercayaan memilih ke RS LN?

Sejumlah pejabat, mantan pejabat, pengusaha, artis, dan orang berduit lainnya cenderung ke Singapura untuk menjalani perawatan kesehatan. Adakah sesuatu yang salah? Alat kurang cangih? sejumlah pertanyaan muncul untuk menyingkap dengan fenomena ini. Penulis berusaha menganalisa mengapa Singapura atau negara tetangga lain dikunjungi orang Indonesia untuk menjalani perawatan.

Juli sampai Desember 2006, penulis mendapatkan kesempatan untuk tinggal di negara kota Singapura untuk mengikuti on job training clinical radiation oncology physicist di Department of Radiation Oncology, National Cancer Center, Singapura. Ada sebuah pemandangan menarik, setiap bulan sejumlah pasien baru yang datang adalah orang Indonesia walaupun kadang berkomunikasi dengan dokter pun harus lewat penterjemah. Ada pertanyaan yang muncul dalam benak, ada apa dengan pelayanan kesehatan Indonesia? Mereka datang ke negeri orang untuk menyerahkan ratusan juta rupiah setiap orang hanya untuk mendapatkan perawatan, apakah Indonesia tidak ada fasilitasnya? jawabannya salah. Indonesia punya, namun kenapa banyak orang yang punya uang lebih cenderung membuang uang ke negara orang untuk mendapatkan perawatan kesehatan.

Saya kira yang menjadi magnet adalah kepercayaan. Ya, kepercayaan yang cukup besar terhadap Singapura tidak hanya di bidang kesehatan. Managemen dan akuntabilitas sebuah sistem dengan transparasi keuangan menjadi sebuah faktor yang sangat dominan mempengaruhi kepercayaan publik dari sudut pandang penulis . Kepercayaan dibangun oleh sebuah sistem managemen yang baik, tentu saja tidaklah mungkin orang lain memberikan kepercayaan kepada kita kalau di lingkungan kita sudah saling tidak percaya.

Kepercayaan ini tercapai jika semua staf selalu mendukung kebijakan yang digariskan dengan melakukan tugasnya masing-masing tanpa saling curiga dan akan mendapatkan reward sesuai dengan sesuatu yang dikerjakan dalam sistem tersebut. Semua orang happy dengan pekerjaan masing-masing tidak ada yang iri dengan profesi lainya, karena kalau dilihat semua sistem dibangun dengan fondasi yang kuat dengan sistem proporsional.

Apakah pegawai RS di Indonesia tidak happy dengan kerjanya? Ini yang menjadi tanda tanya besar bagi penulis. Sebuah kisah di RS Antah Berantah, seluruh pegawai non dokter akan mendapat gaji pokok plus tunjangan menjadi X juta rupiah. Pegawai ini akan terlibat dalam perawatan dari seluruh pasien yang ada di sebuah intalasinya. Dengan managemen yang cukup bagus ditetapkan bahwa dokter yang merangkap sebagai kepala sebulan adalah (30X + 10) juta rupiah. Dengan asumsi bahwa semua pasien adalah miliknya, sehingga pasien bayar adalah hak untuk dokter untuk menerima imbalan. Asumsi ini adalah benar jika dokter umum yang praktek di daerah terpencil dengan pasien adalah penderita gatal-gatal, dia menangani sendiri dan memberikan obat ke pasien tersebut.

Bagaimana jika perawatan kesehatan yang dikerjakan secara kolektif, tentu saja asumsi itu terbatahkan karena yang bekerja adalah seluruh jajaran staf. Tentu saja kecemburuan sebagai manusia yang normal akan terusik, “enak buanget jadi dokter, kite-kite yang kerja di lapangan dari pagi sampai sore dapet cuman segini, dia yang masih “keluyuran” cari saweran di tempat lain dapet (30X +10) juta” kata mas Semprul berkomentar.

Inilah awal dari ketidakpercayaan dalam sebuah sistem, akhirnya apa? pasien akan dikerjakan dengan prinsip yang penting tugas terselesaikan. Presisi, akurasi, dan kenyamanan bukan menjadi prioritas. Dengan kondisi inilah kepercayaan masayarkat terhadap pelayanan kesehatan akan berkurang selain berbagai faktor yang lain. Berkurangnya kepercayaan terhadap RS di Indonesia. Bagi yang punya uang berlebih , mereka cenderung memilih ke RS LN, punya uang kok untuk mendapatkan yang lebih dari sekedar perawatan. Nah lho!

Mari kita bangun kepecayaan terhadap pelayanan rumah sakit kita dengan berkarya dan berbagi secara adil. Tentu saja staf tidak berkeinginan uang dibagi rata, namun proporsional sesuai dengan tanggung jawab secara berkeadilan.

Tiada kepercayaan tanpa jaminan dan kontrol kualitas

Dengan keluarnya jabatan fungsional fisika medis, konsekwensinya program ini akan bersemi di beberapa universitas di Indonesia. Karena dalam perkembangannya fisikawan medis adalah menjadi tenaga kesehatan profesional yang bekerja di rumah sakit. Tulisan ini berusaha seobjektif mungkin akan menguraikan bagaimana sebuah program pendidikan fisika medis di Universitas Indonesia dijalankan. Penulis sendiri merupakan alumnus dari program sarjana fisika dari Universitas Diponegoro dan program pasca sarjana Ilmu Fisika Universitas Indonesia, sekarang sedang menjalani ngangsu kawruh di program doktoral Medical University Vienna, Austria.

Penulis mengenal fisika medis adalah dari teman-teman lintas jalur fisika medis di Universitas Diponegoro sejak 1997. Setelah dengan pertimbangan yang mungkin penuh coba-coba, penulis masuk di dunia fisika medis dengan karya tulis tentang Magnetic Resonance Imaging. Tidak puas dengan mengenal saja, akhirnya penulis meanjutkan ke program pasca sarjana ilmu fisika dengan kekhususan fisika medis dan merupakan angkatan pertama.

Hemmm….. Ada sebuah kronologi panjang yang harus diungkapkan, sebuah program sarjana fisika medis di Universitas Indonesia dimulai. Sebuah dokumen WHO pada tahun 1977 mengungkapkan pada tahun itu, instalasi radioterapi yang diungkapkan di dokumen tersebut adalah RSCM dan RSPP. Dokumen tersebut mengungkapkan bahwa di RSCM hanya ada 1 Medical Physicist yang merupakan staf Departemen Kesehatan yang diperbantukan, sedangkan di RSPP juga ada tenaga Medical Physicist partime. Penulis menyimpulkan bahwa yang disebut sebagai tenaga partime medical physicist di RSPP pada dokumen 1977 adalah Ibu Djarwani Soeharso. Ibu Djar panggilannya, penulis simpulkan sebagai tenaga medical physicist partime yang disebutkan di dokumen WHO tersebut karena melihat CV beliau mulai bertugas sebagai tenaga partime di RSPP sejak 1971.

Sebagai seorang akademisi tentu saja ada sebuah cita-cita bagaimana menyampaikan ilmu yang dimililki ke mahasiswa, namun tentunya dengan sebuah program pendidikan. Sebuah semangat untuk mendirikan program fisika medis tidaklah padam dengan berbagai tantangan yang harus dihadapi. Dengan merintis kerjasama dengan rumah sakit, BATAN, dan Fakultas kedokteran diawali karena tidaklah mungkin program fisika medis berjalan tanpa akses rumah sakit sebagai tempat praktikum, dan FK dan BATAN menyuplai untuk tenaga pengajarnya.

Tidak hanya dengan modal itu kemudian membuka program, penyedian tenaga pengajar tetap Universitas juga harus dipersiapkan selain fasilitas laboratorium dengan beberapa peralatan dan koleksi buku penunjang. Kerjasama dengan pemerintah Perancis akhirnya mendapat 2 jatah beasiswa S2 fisika medis di Perancis. Akhirnya Dr.rer.nat Mussadiq Musbach dan Rachmat Widodo A, PhD (almarhum) berangkat kembali menempuh program S2 di bidang fisika medis untuk menjadi tenaga pengajar walaupun beliau-beliau ini sudah doktor semua. Setelah itu, Ariyanto H. Leksono berangkat menyusul ke perancis untuk menempuh program S2. Tahun 1998, program fisika medis berjalan dengan bantuan Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) dan FK UI.

Tidak berhenti sampai disitu, program strata dua S2 dirintis untuk mengejar sebuah ketertinggalan standar minum fisikawan medis rumah sakit di dunia internasional yang minimum harus S2. Tahun 2002, dibuka program S2 Ilmu Fisika dengan kekhususan fisika medis dengan 4 orang mahasiswa temasuk penulis. Sekarang ini sedang dirintis untuk program S3 untuk memfasilitasi para tenaga pendidik fisika medis di universitas untuk melanjutkan studi di bidang ini.

Perjuangan Ibu Djar untuk mengembangkan fisika medis dalam skala nasional tidaklah di pandang enteng, untuk menunjang peralatan praktikum dan riset haruslah mencari sumber pendanaan untuk itu. Dengan bantuan BATAN akhirnya mulai 2007 berjalanlah sebuah proyek penguatan fisika medis dalam skala nasional dengan pendanaan dari IAEA. Program yang dikerjakan dalam proyek ini adalah fellowship untuk on job training di RS luar negeri , penambahan peralatan praktikum dan riset, mendatangkan expert, dan scientific visit.

Sebuah program diselenggarakan bukanlah dengan sebuah kongsi sehari bisa jalan sesuai diharapkan, namun dengan persiapan, analisis, dan kerjasama akan membuat sebuah program berjalan dengan baik sesuai dengan koridor akademik dan peraturan perundangan yang mengikatnya.

“Setyo satuhu bekti dening Gusti kang Murbeng Dumadi, tumatapeng netro ngrengkuh kautaman sejati”

Oleh: supriyanto | Desember 6, 2008

Perkembangan Fisika Medis Indonesia

Fisika medis di Indonesia bukanlah isu baru yang baru didengar. Sejak digulirkannya sebuah program kerjasama Departemen Kesehatan dengan Universitas Diponegoro. Pendidikan kerjasama ini merupakan pendidikan yang mentransisikan dari pendidikan profesional D3 Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO) ke pendidikan sarjana. Beberapa lulusan DIV Fisika medis yang hanya satu angkatan ini, banyak yang sudah memasuki atau diambang purna tugas. Tahun 1996, program lanjutan studi dari jenjang diploma III kedinasan Departemen Kesehatan ke program Sarjana Sains di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Diponegoro dilakukan kembali.

Universitas Indonesia dengan pioner Prof. Dr. Djarwani S. Soejoko telah bekerja keras membuka program fisika medis program reguler, dalam artian program ini mendidik program sarjana dengan peminatan fisika medis. Tahun 1998, program sarjana fisika peminatan fisika medis resmi di buka di Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia dengan 3 staf inti yaitu Prof. Dr. Djarwani S. Soejoko, Dr.rer.nat Mussadiq Musbach, dan Dr. Rachmat W. Adi (Almarhum). Dengan bantuan tenaga dari Badan Tenaga Nuklir Nasiona (BATAN) dan Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, program ini telah menghasilkan sejumlah lulusan sarjana. Tahun 2002, di inisiasi pembukaan program S2 Fisika dengan kekhususuan fisika medis yang disusul dengan perencanaan pembukaan program strata-3.

Penyelenggara program pendidikan fisika medis sekarang sudah berkembang walaupun perlu sebuah konsensus baku Indonesia tentang penyelenggaraan program pendidikan akademik fisika medis dengan jenjang S1, S2, dan S3 dan juga pendidikan profesional. Konsensus ini bukanlah sebuah doktrin bagi yang tua mendikte yang baru bertunas, namun perlu sebuah standarisasi profesional fisikawan medis seperti apa yang ingin dihasilkan untuk mencukupi kebutuhan baik di lingkungan rumah sakit sebagai obyek utama, maupun di lembaga kementrian atau lembaga penelitian.

Tentunya hal ini sangat menggembirakan tidak hanya dari program yang telah di selenggarakan dan menghasilkan lulusan, namun setidaknya program yang telah dikembangkan selama ini telah dimulainya sebuah babak perkembangan fisika medis di Indonesia. Selama ini, tidak hanya program pendidikan saja yang telah dilakukan, pertemuan ilmiah dan konferensi ilmiah baik nasional dan internasional telah diikuti oleh sejumlah fisikawan medis Indonesia sehingga kontribuasi keberadaan fisika medis Indonesia dapat terlihat.

Secara harfiah fisika medis dapat diartikan fisika kedokteran, namun janganlah keliru dengan makna harfiah ini, karena diawali jati diri fisika medis adalah dengan diketemukannya sinar-X oleh fisikawan Wilhem Rontgen yang kemudian telah menjadi sebuah titik tolak dari perkembangan fisika medis itu sendiri. Sehingga fisika medis adalah sebuah aplikasi ilmu fisika yang difokuskan pada dunia kedokteran atau kesehatan. Dengan ini profesi fisika medis itu sendiri tidak hanya yang mempunyai tugas di rumah sakit, namun para ilmuwan baik di universitas maupun di lembaga riset juga berhak menyebut sebagai ahli dalam bidang fisika medis dengan track record publikasi dan penelitian yang telah dilakukan.

Secara administratif, jabatan fungsional fisikawan medis yang bekerja di rumah sakit sudah mendapatkan persetujuan dari menPAN sehingga secara administratif pengakuan keberadaan fisika medis telah diakui. Tugas berat yang dihadapi adalah fisika medis perlu sebuah instrumen atau peralatan untuk bekerja dan tidak semua fasilitas rumah sakit memiliknya.

Inovasi dan pemikiran adalah menjadi sebuah solusi bagaimana kita bekerja membangun sistem fisika medis dengan keterbatasan peralatan dan anggaran. Kreativitas dan invensi menjadi sebuah cara mengatasi keterbatsan bekerja dan berkarya. Pembinaan yang baik tentu saja sangat diperlukan, selain berusaha mencari ilmu baik secara akademik maupun profesional. Tulisan ini adalah pendapat pribadi.

Oleh: supriyanto | Desember 6, 2008

Sosialisasi pemilihan Umum 2009 di KBRI Vienna

Sebagai tanggung jawab panitia pemilihan umum luar negeri (PPLN) yang telah dilantik beberapa bulan yang lalu, semua jajaran PPLN Austria mempunyai pekerjaan yang tidak mudah karena sebagian besar adalah menjadi tugas tambahan selain pekerjaan di masing-masing institusinya. PPLN Austria yang di ketuai oleh Bapak Ali Nasir, sudah mulai bekerja dengan pendataan pemilih dan sosialisasi pemilu di berberapa kota di Austria.
Jumat 5 Desember 2008, sosialisasi pemilu dilakukan di KBRI Austria dan Slovenia, Vienna dimulai dari pukul 18.00. Acara di moderatori oleh anggota PPLN Bapak M. Iqbal, PhD yang juga sebagai staf KBRI. Pemaparan sosialisasi dilakukan oleh ketua PPLN, bapak Ali Nasir yang kemudian diakhiri dengan sesi tanya jawab yang cukup hangat. Beberapa masukan diberikan oleh Bapak Victor yang sudah beberapa kali menjadi PPLN.
Sosialisasi ini perlu dilakukan karena pemilu tahun 2009 menggunakan beberapa perubahan teknik memberikan suara dan jumlah peserta parpol. Dengan sosialisasi ini, diharapkan para pemilih yang sudah terdaftar dapat berpartisipasi dalam pesta demokrasi untuk pemilihan wakil rakyat di DPR yang dijadualkan pada tanggal 9 April 2009 ini.

Sesanti Mardiko tumuju mring kautaman nagari kang tentrem kerto raharjo.

Older Posts »

Kategori